lanjutan bab 2 proses pembuatan sepatu pita




A.  Bagian dan Komponen Sepatu
Dilihat dari letak dan cara mengerjakannya, maka sepatu dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu :
1.         Bagian Atas Sepatu ( Shoe Upper )
Bagian atas adalah bagian sepatu yang yang terletak di sebelah atas, merupakan bagian sepatu yang melindungi dan menutup sebelah atas dan samping kaki. Bagian atas sepatu terdiri dari
a.    Vamp
Merupakan komponen yang berfungsi menutupi bagian ujung dan tengah kaki. Variasi potongan pada komponen vamp dapat berbentuk :


1)   Toe Cap
Bentuk toe cap pada umumnya adalah potongan lurus (straight cap ), dapat juga potongan berbentuk sayap (wing cap), yang member kesan stream lined, bentuk lainnya adalah potongan bentuk permata ( diamond tip) dan potongan berbentuk perisai ( shield tip)
b.    Quarter
Terdiri dari dua bagian kanan dan kiri dari satu komponen sepatu yang berfungsi menutupi bagian samping dalam dan belakang kaki.
c.    Tongue (Lidah)
Komponen bagian atas sepatu yang disambungkan pada lengkung tengah dari sebuah vamp, atau menjadi satuan utuh dengan vamp. Lidah pada bagian sepatu ini cukup lebar dan dapat melindungi kaki dari gesekan tali sepatu.
d.   Back Piece
Merupakan komponen sepatu bagian belakang atau tumit, adalah komponen yang mempunyai fungsi untuk memperkuat sambungan antara quarter.
e.    Eye Let (Mata Ayam)
Komponen bagian atas sepatu berbentuk pipa pipih, terbuat dari logam yang berfungsi sebagai tempat untuk memasang tali sepatu.
f.     Hiasan atau ornamen
Hiasan atau ornamen umumnya difokuskan pada bagian atas sepatu. Ornament pada bagian atas sepatu tergantung pada trand mode dan bentuk komponen yang menyusun bagian atas tersebut agar supaya kelihatan serasi. Penampilan pada bagian atas sepatu akan berhasil baik apabila mempergayikan hal-hal sebagai berikut :
1)      Pemotongan bahan bagian atas harus memenuhi syarat kemuluran dan ketegangan.
2)      Lubang-lubang untuk tempat mata ayam atau cetak embossing.
3)      Pemotongan pada bagian lengkungan, untuk tempat gesper, dan hiasan-hiasan lain.
4)      Jahitan-jahitan dan lain-lain.

Bahan-bahan yang digunakan pada bagian shoe upper menurut Wedyodiningrat (2008) dikelompokkan menjadi beberapa macam, diantaranya :

a.    Kulit Box
Ada dua macam istilah yaitu java box dan calf box. Java box berasal dari kulit sapi mentah dewasa, disamak dengan zat penyamak chrome, rata atau di boarding dan dicat finish. Calf box berasal dari kulit anak sapi.
b.    Kulit Glace
Kulit glace adalah kulit samak yang dibuat dari kulit domba atau kambing disamak dengan zat penyamak chrome dan kemudian dicat finish.
c.    Kulit Suede atau Bludru
Kulit suede adalah kulit samak yang dibuat dari kulit mentah sapi atau kambing disamak dengan zat penyamak chrome.
d.   Gold Leather
Adalah kulit samak yang permukaannya di finish berwarna keemasan dari bahan logam.
e.    Patent Leather
Adalah kulit samak yang salah satu permukaannya ditutup atau dilapisi dengan selaput secara sempurna, fleksibel dan tahan air, permukaannya berkilau seperti kaca.
f.     Kulit Reptil
Untuk bahan bagian atasan sepatu, kulit reptile disamak dengan sat penyamak chrome ataupun samak kombinasi chrome nabati atau chrome sintetis.
g.    Kulit Lapis
Adalah kulit samak yang dibuat dari kulit kambing atau domba diproses prnyamakan dengan zat penyamak nabati atau kombinasi chrome-nabati, dan biasanya alami tidak cacat.

2.         Bagian Bawah Sepatu ( Shoe Bottom )
Bagian bawah atau bagian pengesolan adalah bagian yang terletak di sebelah bawah. Bagian ini adalah bagian yang benar-benar mendapat tekanan dari berat tubuh, oleh karena itu bahan-bahan yang digunakan harus lebih tebal dan kuat. Adapun macam-macam komponen bagian bawah adalah :
a.       In Sole ( sol dalam )
Sol dalam adalah sol yang letaknya paling dalam, yang dibatasi oleh pelapis sol atau kaos kaki. Sol dalam merupakan fondasi sepatu, bentuknya seperti telapak acuan, tempat untuk melektakan bagian atas sepatu pada waktu proses lasting.
b.      Goodyear in sole
Sol dalam untuk pembuatan sepatu dengan kontruksi pita goodyear, mempunyai keistimewaan tertentu,yaitu satu atau dua bibir sol dalam dibuat tegak melingkar pada bagian sisi luar sol dalam atau dengan cara lain, bahan yang terpisah berbentuk pita atau welt dipasang pada bagian sisi luar sol dalam.
c.       Middle Sol ( sol tengah )
Komponen yang terletak diantara sol dalam dan sol luar. Sol ini merupakan sol perantara, yang menghubungkan antara sol dalam dengan sol luar.
d.      Out Sole ( sol luar )
Komponen penutup paling luar bagian bawah sepatu berfungsi sebagai alas sepatu sol luar dibuat dari bermacam-macam bahan, antara lain : kulit, karet, bahan sintetis dan sebagainya.
e.       Heel ( hak )
Hak adalah komponen bagian bawah sepatu yang mempunyai fungsi untuk member sokongan atau dukungan pada bagian tumit karena tekanan kaki, agar memperoleh posisi berdiri yang kuat, serasi dan seimbang.

f.       Heel Lifts
Heel lifts adalah hak yang berbentuk lapisan-lapisan, dibuat dari bahan kulit atau leather board, disusun satu persatu, dengan tinggi dan bentuk sesuai kebutuhan.
g.      Top Piece
Top piece adalah komponen paling luar yang menjadi tutup hak , yang berhubungan langsung dengan lantai atau tanah.
Bahan-bahan yang digunakan pada bagian shoe bottom adalah :
a.    Kulit Sol
Kulit sol biasanya dibuat dari kulit sapi kering dan disamak dengan zat penyamak nabati. Tidak berbeda dengan kulit box, bagian croupon pada kulit sol juga merupakan bagian yang terbaik, bagian perut merupakan kwalitas yang kedua sedangkan bagian leher dan kaki merupakan kwalitas ketiga. Sesuai dengan fungsinya maka untuk sol luar diambil dari bagian croupon sedang untuk sol dalam dapat diambilkan dai bagian perut. Bagian kaki dan bagian leher dapat digunakan untuk lapis hak.
Syarat-syarat phisis kulit sol untuk bagian bawah sepatu
a)    Tebal bagian leher harus rata.
b)   Bagian croupon rata.
c)    Bagian daging bersih dari subcutis yaitu sisa-sisa daging yang menempel.
d)   Warna kulit terutama bagian nerf harus rata, dan kulit terasa licin.
e)    Kulit harus dipress dengan baik dan padat, tetapi elastis kalau ditekuk atau dilengkungkan.
f)    Bagian nerf tidak boleh pecah apabila dibengkukkan pada silinder yang diameternya 10x tebal kulit.
g)   Kekuatan tarik minimum 250kg/cm².
b.    Kulit Sol Samak Kombinasi
Kulit sol samak kombinasi biasanya digunakan untuk membuat sepatu yang menggunakan temperature tinggi. Kulit ini disamak kombinasi antara zat penyamak nabati dengan zat penyamak chrome.
c.    Leather Board
Leather board adalah bahan sol dalam sepatu yang dibuat dari sisa-sisa kulit, baik sisa-sisa dari pembuatan sepatu atau sisa-sisa proses shaving pada penyamakan kulit yang kemudian diolah menjadi lembaran-lembaran (sheet).

B.  Pembuatan Sepatu Sistem Pita
Sepatu sistem pita merupakan kontruksi yang paling kuno . namun sampai sekarang masih popular karena mutu sepatunya bagus, baik dan enak dalam pemakaian. Apabila rusak dapat diperbaiki. Kontruksi ini mempunyai ciri khusus yaitu memakai pita/welt yang dipasang pada sepanjang pinggir sol dalam kemudian dijahit. Lasting menggunakan benang.
Pita atau welt itu sendiri adalah sejenis bahan yang dibuat dari kulit sol samak nabati atau lainny, panjang dan tipis, diameter 20x3mm. dipasang melingkar pada sisi luar bagian bawah sepatu, pada sisi dalam dijahitkan dengan bibir sol dalam dan pada sisi luar dijahitkan dengan sol luar secara jahit kunci( lock stitch ), terkecuali pada bagian hak. Untuk model sepatu yang tahan air .

                    Gbr1. Kontruksi Sepatu sistem pita





Adapun yang terkait dalam pembuatan sepatu sistem pita yaitu :
1.    Metode Pembuatan Pola
a.    System Geometri
Pembuatan pola sepatu yang mengacu pada ukuran kaki dengan mempertimbangkan ukuran dan sudut- sudut tertentu.

b.    System Copy Of Last
Pembuatan pola sepatu meniru/ mencontoh / mengopi bentuk acuan sepatu / cetakan ( last ). Pada prinsipnya adalah merubah dari bentuk 3 dimensi menjadi bentuk 2 dimensi dan di kembalikan lagi menjadi bentuk 3 dimensi.
                                                                              

2.    Pemolaan Pada Bahan Kulit
Hal yang sangat perlu dipehatikan pada saat pemolaan pada bahan kulit adalah arah kemuluran dan ketegangannya. Arah kemuluran pada satu side kulit adalah bagian punggung ke perut, sedangkan bagian kemulurannya adalah bagian leher ke ekor. Dengan mengikuti arah kemuluran dan ketegangan akan memudahkan saat proses lasting.
kulit
Gbr2. Arah kemuluran dan ketegangan pada kulit
3.    Penyesetan
Ada beberapa sistem pembuatan sepatu yaitu sistem potong pas atau lipatan, pada sistem lipatan kita harus melakukan perlakuan khusus pada kulit, yaitu penyesetan. Penyesetan adalah perlakuan pada kulit untuk mengurangi ketebalan kulit pada bagian daging atau flesh side dengan ketebalan tertentu.ada beberapa bagian atasan sepatu yang diseset untuk keperluan tertentu. Tujuan penyesetan adalah:
a)         Untuk membantu proses pelipatan,
b)        Menghindari penumpukan atau penebalan sambungan dan lain-lain,
c)         Praktis, karena jauh lebih mudah dalam proses pengerjaan selanjutnya,
d)        Untuk keindahan dan kenyamanan pada saat sepatu digunakan,
e)         Untuk memperkuat melekatkan lem apabila akan dilipat.

Yang perlu diperhatikan saat melakukan penysetan;      
a)      Kulit harus tetap kompak nerfnya dan tidak berkurang kemulurannya,
b)      Permukaan kulit jangan sampai rusak atau cacat.
Ada 2 cara penyesetan, yaitu:
a)      Penyesetan manual (pisau seset)
Ciri khas pisau seset ini adalah sisi bagian tajam miring antara 30 sampai 45 derajat dari kepala pisau. Sisi miring yang tajam ini harus lurus karena fungsi utama untuk sesetan datar dan rata, apabila mata tidak lurus akan relatif sulit digunakan pada saat penyesetan rata apalagi pada proses mengasah tidak menggunakan batu asah yang benar-benar datar dan rata. Cara penggunaan pisau ini didorong sambil ditekan dalam gerakan menggaris. Untuk mendapatkan hasil sesetan yang rata lebih baik digunakan landasan yang rata, landasan tersebut bisa berupa kaca yang tebal atau batu pualam yang sudah dipoles (marmer).
Gbr3.Pisau Seset dan cara menyeset kulit

b)        Penyesetan dengan mesin
Proses pembuatan produk dari bahan kulit asli (sapi, domba, kambing, dll) harus melewati proses seset terlebih dahulu untuk mendapatkan ketebalan yg cukup baik. Hasil yang sempurna untuk kerapian produk kulit asli dari proses penyesetan ini sangatlah berpengaruh, dan keahlian operator seset kulit yang terlatih dan berpengalaman menjadi indikasi keberhasilan proses seset kulit ini.
Gbr4. Mesin Seset
4.    Pelipatan
Pelipatan adalah proses merapikan atau melipat bagian tepi komponen kulit atasan sepatu agar terlihat rapi. Bahan harus sudah melalui proses penyesetan,kemudian masuk proses pelipatan. Penyesetan kulit yang akan dilipat adalah dua kali lebar lipatan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses pelipatan:
a.    Gunakanlah pola standart saat proses melipat,
b.   Lemharus diulas dengan rata,
c.    Pemukulan saat proses pelipatan harus dengan pukulan ringan,
d.   Pada saat melipat bagian cekung kulit dipotong miring setengah lebar lipatan,sedangkan saat melipat bagian cembung dibantu dengan alat yang runcing (misal uncek).
Berikut merupakan gambar bentuk-bentuk lipatan:
Gbr5. Lipatan lurus
 
Description: lipatan lurus.jpg
Gbr6. Lipatan cembung
 
Description: lipatan cembung.jpg
Gbr7. Lipatan cekung

 
Description: lipatan cekung.jpg

5.    Proses Menjahit
Menjahit adalah membentuk setik-setik pada suatu bahan yang dijahit dengan menggunakan benang jahit dengan tujuan merakit,memperkuat,dan membuat dekorasi. Pada dasarnya proses menjahit adalah proses penggabungan dua bagian atau bahan yang terpisah.Mesin jahit yang biasa digunakan antara lain:
a)         Flat Bed Sewing Machine
Mesin ini memiliki ciri bidang kerja yang digunakan datar dan baik digunakan untuk menjahit jahitan lurus.
Gbr8. Flat Bed Sewing Machine

b)        Post Bed Sewing Machine
Ciri khusus mesin jahit ini adalah memiliki bidang kerja yang tegak sehingga mudah untuk menjahit bagian atasan yang tertutup dan sempit.
Gbr9. Post Bed Sewing Machine

c)         Cylinder Arm Sewing Machine
Mempunyai area kerja yang memanjang ke samping dan berbentuk cylinder seperti tangan. Mesin ini memiliki kelebihan dapat menjahit bahan yang berbentuk bulat, cekung atau cembung dan dapat memudahkan saat menjahit bagian yang tersembunyi.
 
Gbr10. Cylinder Arm Sewing Machine

d)        Mesin Jahit Zig-zag
Mesin jahit ini memiliki bidang kerja seperti post bed yang landasan kerjanya datar, namun jahitan yang dihasilkan berbentuk zig-zag. Biasanya digunakan untuk jahitan sambung dengan posisi bahan yang akan disambung sejajar, seperti: bagian belakang quarter in dan out yang akan disatukan ( pada bagian tumit).

6.    Proses Lasting
Proses memasang atau meletakkan shoe upper di atas acuan kemudian menarik ke bawah bagian Lasting Allowances dari shoe upper tersebut sehingga melekat pada sol dalam dengan cara di paku, dijahit atau dilem. Pelaksanaan lasting dapat dikerjakan dengan cara sebagai berikut :

a)         Hand lasting ( Secara Manual )
Proses lasting ini dilakukan dengan peralatan tang atau catut dan paku. Proses lasting secara manual ini dilakukan dengan sejumlah tarikan dengan tang pengopen dengan arah yang berbeda, sesuai dengan arah kemuluran kulit. Tarikan-tarikan dilakukan untuk menaikan atau mengangkat bagian depan dan belakang yang memungkinkan shoe upper akan membentuk sepatu yang enak.
b)        Lasting Machine ( Lasting dengan Mesin )
Ada 3 jenis mesin untuk lasting yaitu toe lasting machine, side lasting machine, heel seat lasting machine. Secara umum ke tiga jenis mesin lasting tersebut sistem dan pengoperasiannya sama, hanya dibedakan pada fungsi kegunaannya.

C.  Pengertian Pola Sepatu
Menurut Basuki (1986), Pola merupakan bentuk dasar untuk proses pembuatan sepatu sebelum proses pemotongan bahan, pembuatan atasan dan bawahan. Dalam pembutan pola harus juga memperhatikan ukuran.

D.    Pengertian Acuan Sepatu
Menurut Basuki (1986), aturan umum dalam membuat sepatu adalah mengenai bentuk (shape) dan kesukaan pakai(fitting), maka untuk membentuk dan membuat sepatu diperlukan cetakan yang lazim disebut acuan sepatu. Ditinjau dari konstruksinya, acuan dibagi menjadi tiga bentuk yaitu

1.    Acuan Bentuk Utuh (Solid Block Last)
Yaitu acuan yang terdiri dari suatu bagian utuh saja. Biasanya untuk membuat sepatu sandal atau sepatu ringanselain sepatu ABRI, misalnya sepatu jenis pump atau pantofel.
2.    Acuan Bentuk Sorong (Scoop Block Last With Cut Wedge)
Yaitu acuan yang bagian gemurnya dapat dipisah atau dilepas sehingga memudahkan melepas acuan dari sepatu.
3.    Acuan Bentuk Katup (Hinge Last)
Yaitu acuan yang terdiri dari dua bagian, dimana kedua bagian tersebut dihubungan dengan engsel atau sendi sehingga acuan dapat ditekuk dan memudahkan untuk melepas dari sepatu tanpa menyebabkan kulit menjadi pecah atau rusak pada bagian jahitan belakang.




BAB III
PROSES PEMBUATAN SEPATU BROGUE MODEL DERBY
SISTEM PITA DENGAN KULIT SOL SISTEM MANUAL

A.  Skema Proses Pembuatan Sepatu Brogue Model Derby Sistem Pita









Rounded Rectangle: desain



 

























Rounded Rectangle: Pembuatan pola upper
Rounded Rectangle: Pembuatan Pola In sole






Rounded Rectangle: Pemolaan dan pemotongan bahan
Rounded Rectangle: Pemolaan dan Pemotongan In Sole







Rounded Rectangle: Penyesetan Bahan
Rounded Rectangle: Pemasangan in sole Pada Acuan







Rounded Rectangle: Pengeplongan Bahan






Rounded Rectangle: Perakitan/penjahitan







 


















                                                                     Rounded Rectangle: Pengopenan/ Lasting              























Rounded Rectangle: Pemasangan Upper dengan Out Sole









Rounded Rectangle: Hasil Jadi
 






























B.  Materi Praktek
1.      Alat

a.         Pensil
b.         Penghapus
c.         Penggaris
d.        Cutter
e.         Cutting matt
f.          Gunting
g.         Acuan
h.         Tinta perak
i.           Mesin seset
j.           Mesin jahit
k.         Tang lasting
l.           Palu
m.       Plong 1 mm dan 3,5 mm
n.         Buffing machine

o.      Clear pen
p.      Korek api
q.      Paku lasting


2.      Bahan
a.         Bahan pembuatan pola
1)      Kertas manila
2)      Paper tape

b.         Bahan pokok
1)        Kulit
2)        Lining
3)        Filler
4)        Pita
c.         Bahan Pembantu

1)        Benang nylon warna hitam
2)        Uncek
3)        Pengeras
4)        Lem latex, lem Fox, herin,primer, lem pc

C.  Metode Praktek
Metode praktek meliputi :
1.         Persiapan
a.         Pembuatan desain
b.         Menentukan acuan

2.         Proses Pembuatan Pola
a.         Pembalutan acuan
b.         Pembuatan meanform
c.         Pola dasar
d.        Pola jadi
e.         Pola lining
f.          Pola pengeras
g.         Pola bottom

3.         Proses Pembuatan Atasan Sepatu (Upper Process)
a.         Pemolaan pada bahan untuk komponen upper
b.         Pemotongan komponen upper
c.         Penyesetan
d.        Pelipatan
e.         Perakitan komponen upper

4.         Proses Pembuatan Bawahan Sepatu (Bottom Process)
a.         Pemolaan dan pemotongan insole
b.         Pemasangan insole
c.         Pemolaan dan pemotongan shock linning
d.         
5.         Lasting
a.         Persiapan lasting
b.         Proses lasting

6.         Pemasangan Out Sol
a.         Persiapan pemasangan pita
b.         Pemasangan hak lapis
c.         Memasang outsole dengan upper
7.         Finishing

D.  Pembuatan Bagian Upper
1.      Pembuatan Desain
Pada pembuatan suatu karya, hal pertama yang harus dikerjakan yaitu pembuatan desain. Dalam praktek kali ini mahasiswa dibebaskan untuk mencari desain sepatu yang dalam pembuatannya menggunakan sistem lem. Dan pada akhirnya desain sepatu yang digunakan adalah jenis sepatu brogue dengan model derby.
Gbr11. Desain awal derby
2.      Menentukan acuan
Acuan yang digunakan dalam praktek kali ini yaitu acuan utuh dengan ujung kotak, acuan resmi dan long dengan  no 39 dan terbuat dari bahan plastik.






3.      Pembuatan Pola Atasan Sepatu
Pada praktek kali ini metode pembuatan pola yang dipilih yaitu metode copy of last, tahapan-tahapannya yaitu :
a.        Alat dan bahan yang dibutuhkan:
1)        Acuan
2)        Cutter
3)        Penggaris
4)        Pensil
5)        pita ukur
6)        cutting mat
7)        kertas manila.
b.      Proses Pengerjaan
1)      Pembalutan acuan
Acuan di balut dengan menggunakan papertape secara merata dari mulai ujung acuan hingga bagian belakang acuan secara menyeluruh, pembalutan di lakukan dengan cara melintang dan posisi papertape harus saling menumpang satu dengan yang lainnya. Hal ini dilakukan agar papertep menempel dengan kuat. Lakukan kembali pembalutan pada bagian alas acuan dengan posisi saling manumpang.
IMG-20140310-00054.jpg
Gbr12. Balutan acuan
2)   Pembuatan meanform
Acuan yang telah dibalut kemudian di beri tanda titik C pada bagian tengah belakang acuan, titik Q dan titik V (vamp point ) pada bagian tengah depan acuan dengan menggunakan pita ukur, cara menghitung titik C, Q dan V yaitu :
S=  1/5 x SL
Q= 12mm dari titik C
V= 7/10 x SL
Setelah menentukan titik-titik penting tersebut kemudian gambarkan desain sepatu pada balutan acuan. Setelah gambar desain sepatu jadi kemudian potong papertape tersebut. Potonglah mulai dari ujung acuan dan potong pas pada bagian garis tengah yang terdapat pada balutan acuan. Setelah pemotongan selesai kemudian papertape dilepas dari acuan. Tarik pelan-pelan mulai dari bagian ujung acuan, kemudian tempelkan pada kertas manila dengan baik dan rapi dibantu dengan penggaris besi, agar tidak berkerut. Potong balutan acuan yang telah ditempel menggunakan cutter. Sehingga jadilah meanform


3)   Pembuatan Pola dasar
Meanform yang sudah jadi dan sudah terdapat gambar desain sepatu kemudian dislot sesuai dengan bentuk dan garis dari desain sepatu tersebut. Selanjutnya dicopykan pada kertas malga sesuai dengan bentuk dan desain sebagai bentuk komponen-komponen pada bagian upper sepatu dan diberi tambahan untuk lasting allowances sekitar 15-18mm.
Selesai dicopykan kemudian gambar desain yang terdapat pada kertas malga dislot dengan  rapi.hal ini digunakan sebagai pola dasar untuk membuat pola selanjutnya.
Gbr13. Pola Dasar
4)   Pembuatan pola potong
Pola dasar di pecah menurut komponen dan potongannya dengan mengacu pada tanda jahitan menjadi pola jadi. Pada pecah pola di beri kelebihan 10 mm untuk tumpangan dan petunjuk kelebihan 5 mm untuk lipatan. Dan pada bagian yang akan di gunting gerigi diberi lebihan 3 mm. pada pola potong buatlah hiasan dengan menggunakan plong yang berdiameter 1 mm dan 3,5 mm.
Gbr14. Pola Potong
Gbr15. Pola Lining

4.        Pemolaan dan Pemotongan Bahan
Langkah selanjutnya setelah membuat pola adalah pemolaan dan pemotongan bahan.

a.        Alat dan bahan yang dibutuhkan
1)        Pola potong
2)        tinta perak
3)        pisau cutter
4)        gunting, kulit
5)        dan cutting mat
b.        Proses pengerjaan
Pola potong di copykan  ke kulit dengan menggunakan tinta perak dengan memperhatikan ketentuan ketegangan dan kemuluran kulit. Peletakkan pola harus saling menutup dan mengisi. Setelah pola potong dicopykan ke kulit kemudian potonglah kulit sesuai dengan pola menggunakan pisau cutter atau gunting.


5.        Penyesetan ( skiving)
Kulit yang sudah dipotong kemudian diseset untuk dikurangi ketebalannya pada bagian tepi kulit dengan menggunakan mesin seset. Bagian kulit yang nantinya akan di lipat atau di tumpangi diseset pada bagian flesh side.
a.        Alat dan Bahan yang digunakan
1)      Kulit
2)      mesin seset
b.        Proses Pengerjaan
Dalam proses penyesetan ini yang perlu diperhatikan adalah :

1)   Mesin seset dihidupkan terlebih dahulu
2)   Mesin diatur dan dicoba terlebih dahulu dengan kulit yang tidak terpakai, hal ini untuk memastikan apakah mesin sudah dalam keadaan baik
3)   Letakkan kulit pada mesin seset
4)   Tekan pedal pada mesin seset

5)   Atur jalannya kulit pada mesin
6)   Permukaan kulit harus tetap sempurna (tidak cacat/ rusak) setelah proses penyesetan
7)   Kulit harus tetap kompak dan tidak berkurang kemulurannya setelah penyesetan
8)   Hasil sesetan rata


                                      IMG-20140324-01262.jpg
Gbr16. Penyesetan Kulit

6.        Pelipatan (folding )
Kulit yang telah diseset kemudian di olesi dengan lem latex pada bagian yang telah diseset dan dilipat pada bagian folded edge ( tepi untuk lipatan ).
a.        Alat dan bahan yang digunakan
1)        Kulit yang sudah diseset
2)        Palu
3)        Uncek
4)        pola jadi
5)        lem latex,

b.        Proses Pengerjaan
Oleskan lem dengan merata. Pola di tempelkan pada sisi luar kulit ( grain side ) dengan menggunakan lem latek. Penempelan pola ini dilakukan agar hasil lipatan baik dan sesuai dengan pola. Yang perlu di perhatikan dalam proses pelipatan adalah saat melipat bentuk lengkung harus sempurna, pada bagian cembung dapat dibantu dengan menggunakan uncek atau benda yang runcing untuk membuat lipatan-lipatan kecil dan untuk bagian cekung harus di gunting terlebih dahulu (tidak lebih dari ½ lebar lipatan) untuk mempermudah saat proses pelipatan. Setelah proses pelipatan selesai maka lipatan di pukul-pukul dengan palu agar lipatan cepat menempel.

IMG-20140407-01355.jpg
              Gbr17. Pelipatan
7.        Pemberian hiasan / ornament
Setelah kulit selesai dilipat lakukan pemberian hiasan pada komponen.
a.        Alat dan bahan yang dibutuhkan
1)        Plong 1.0mm dan 3.5mm
2)        gunting gerigi
3)        pandokan
4)        palu
5)        kulit yang sudah dilipat.

b.        Proses Pengerjaan
Copy pola potong pada kulit kemudian gunting bagian pinggir kulit dengan menggunakan gunting gerigi dan lubangi dengan menggunakan plong yang berdiameter 1 mm dan 3,5 mm.
CIMG3711
Gbr18. Pemberian hiasan
8.        Perakitan bagian upper
Selesai proses pemberian hiasan kemudian lakukakn proses perakitan bagian upper
a.        Alat dan bahan yang dibutuhkan
1)        Komponen upper
2)        lem fox
3)        mesin jahit cylinder arm
4)        tinta perak
5)        gunting.
b.        Proses Pengerjaan
Rakit komponen sesuai pola dengan menggunakan lem latex. Untuk perakitan bagian upper , untuk komponen quarter ditempelkan dengan back counter. Dan bagian toe cap , half vamp dan tonge ditempelkan menjadi satu.

Untuk perakitan lining pola lining yang sudah dibuat kemudian dicopykan pada bahan, kemudian potong bahan tersebut dan rakitlah menggunakan lem latex. Untuk perakitan bagian counter menumpang diatas quarter. Kemudian jahitlah pada bagian counter. Untuk bagian lining vamp cukup dirakit dengan quarter menumpang diatas vamp menggunakan lem.
CIMG3380CIMG3386
Gbr20. Perakitan Lining
Untuk proses penjahitan yaitu :
1)        Pertama jahitlah bagian back counter yang menumpang diatas quarter, jarak jahitan dari tepi 1-2mm.
CIMG3369  CIMG3370
Gbr21. Penjahitan Back Counter
2)        Jahit bagian belakang back counter 2 mm dari tepi dengan jahit zigzag, kemudian setelah dijahit , pada bagian jahitan tersebut di tutup dengan kulit kecil,kemudian pukul dengan palu untuk membentuk bagian belekang
CIMG3368CIMG3379
Gbr22. Penjahitan Bagian Belakang Back Counter
3)        Kemudian jahit bagian toecap dengan jarak 1-2mm dari tepi
CIMG3365
4)        Setelah toe cap dijahit kemudian pasang tongue. Jika tongue sudah terpasang , pasanglah lining tonge dan lining vampnya. Setelah dijahit.
5)        Setelah itu, rakit upper bagian quarter dengan liningnya , sesuai dengan batas tanda.Langkah selanjutnya rakit bagian toe cap dengan bagian quarter dengan menggunakan lem fox.
6)        Upper yang sudah jadi , kemudian dijahit keliling pada bagian top linenya, dan dijahit kunci dengan jahit kunci ciri khas sepatu derby. Pada saat menjahit kunci, bagian lining tidak boleh ikut terjahit. Kemudian setelah semua terjahit trimming bagian lining menggunakan gunting. Trimminglah dengan rapi.
7)        Jika upper sudah terpasang lining, kemudian membuat facing stay. Sebelumnya pasang pengeras terlebih dahulu dengan lem fox. Kemudian polakan pola pada bagian quarternya. Setelah itu lubangi facing stay menggunakan plong.

9.        Penyelesaian (finishing)
Setelah proses penjahitan selesai. Pasang tali raffia untuk persiapan lasting. Setelah itu rapikan sisa-sisa benang yang ada.
Prosesnya meliputi:
1.        Pembersihan sisa-sisa lem
2.        Pembersihan sisa-sisa benang
3.        Menggunting bagian tepi kain lapis bagian ujung dan belakang serta bagian yang tidak rapi
E.  Pemasangan Upper dengan Insole ( LASTING )
1.        Pemasangan in sole dengan acuan
a.          Alat dan bahan yang dibutuhkan
1)        Acuan
2)        pola in sole
3)        palu
4)        paku
5)        kulit sole.

b.         Proses Pengerjaan
1)        Polakan pola in sole pada kulit sol. Kemudian potong kulit menggunakan cutter
2)        Selanjutnya pasangkan in sole pada telapak acuan dengan menggunakan paku. Pakulah pada tiga bagian yaitu ujung, tengah, dan belakang telapak acuan. Rapikan in sole pada bagian tepi agar ukurannya pas dengan telapak acuan.

2.        Pemasangan Pengeras
a.         Alat dan bahan yang dibutuhkan
1)        Gunting
2)        Pensil
3)        pola pengeras
4)        pengeras
5)        lem fox
6)        mesin seset
b.        Proses Pengerjaan
Memasang pengeras depan (toe puff) dan pengeras belakang (stiffener). Bahan pengeras yang sudah dipola dan di potong  kemudian diseset bagian tepinya agar bentuk pengeras tidak membentuk bekas pengeras setelah proses lasting.
 
Gbr23. Pemotongan dan Penyesetan pengeras
Setelah pengeras diseset kemudian pasang pengeras depan menempel dengan bagian vamp dan bagian lining vamp dan bagian belakang menempel pada bagian back counter dan lapis backcounter. Sebelumnya olesi pengeras dengan herin. Kemudian olesi bagian vamp, pengeras dan lining vamp dengan lem fox, begitu juga dengan bagian back counter, pengeras, dan lining back counter.
CIMG3761  
Gbr24. Penempelan pengeras


3.        Proses Lasting, Pemasangan Filler dan Tamsin
a.         Alat dan bahn yang dibutuhkan
1)        Komponen upper
2)        Acuan
3)        in sole
4)        filler
5)        tamsin
6)        lem fox
7)        paku
8)        palu
9)        tang lasting.

b.        Proses Pengerjaan
1)        Setelah pengeras dipasang kemudian rekatkan dan ulas kembali dengan lem fox. Lakukan juga pengeleman pada bagian lasting allowance. Siap untuk proses lasting. Daerah lining lasting juga diolesi dengan lem secara merata.
                
Gbr25. Pemasangan Pengeras
2)        Insole yang sudah dipasang pada telapak acuan kemudian diolesi dengan lem fox secara merata 2-2,5 cm dari tepi insole. Tunggu lem hingga kering
Gbr26. Pemberian lem pada in sole
3)        Setelah itu lakukan proses lasting, proses lasting dilakukan dengan tang lasting. Bagian yang diutamakn pada saat melasting adalah bagian ujung, kemudian lakukan pada bagian belakan dan baru bagian pinggir. Untuk bagian ujung diberi paku lasting agar lebih kuat.
CIMG3760 
Gbr27. Proses lasting
Gbr28. Hasil Lasting
4)        Pasangkan tamsin. Tamsin yang akan ditempelkan pada in sole terlebih dahulu dipaskan dengan bagian in sole untuk pemasangan tamsin. Jika sudah pas kemudian tempelkan tamsin dengan menggunakan lem fox. Ulaskan lem pada bagian tamsin dan pada bagian in sole yang akan dipasangi tamsin. Tunggu lem kering , setelah itu tempelkan tamsin dan puukuli tamsin dengan palu agar merekat lebih kuat.
    
Gbr29. Penempelan Tamsin
5)        Jika tamsin sudah terpasang kemudian tempelkan filler. Oleskan lem pada bagian seluruh in sole dan filler dengan lem fox. Tunggu kering , kemudian lekas tempelkan filler. Kemudian selesai filler dipasang, bagian allowances upper dibuffing.
 
Gbr30. Pemasangan Filler
 Gbr31. Proses Bufffing
F.   Pembuatan Out Sole
a.        Alat dan bahan yang dibutuhkan
1)        Pisau cutter
2)        Gunting
3)        Pensil
4)        pola out sole
5)        cutting mat
6)        acuan
7)        mesin buffing


b.        Proses Pengerjaan
Bahan yang digunakan untuk membuat out sole adalah kulit sol, untuk membuat out sole gunakan pola in sole yang sudah diberi kelebihan 5,5mm.Setelah itu polakan pola pada kulit kemudian potonglah kulit. Kemudian kulit terlebih dahulu di paskan dengan telapak acuannya. Haluskan bagian tepi kulit dengan mesin buffing.

G. Pembuatan Hak dan Penggabungan Hak dengan Out Sole
a.        Alat dan bahan yang dibutuhkan
1)        Pisau cutter
2)        Gunting
3)        Pensil
4)        Palu
5)        Paku
6)        lem fox
7)        mesin buffing
8)        out sole
9)        pola hak,
b.        Proses Pengerjaan
1)        Kontruksi hak terdiri dari 5 lapis, 4 kulit nabati dan 1 tutup hak dari bahan karet
2)        Untuk membuat hak , pertama polakan pola hak pada kulit. Selanjutnya potong kulit yang telah dipolakan, saat memotong jangan memotong di pas garis pola akan tetapi potong pada bagian luar garisnya.
3)        Kulit disusun dan direkatkan dengan lem, namun terlebih dahulu amplas bagian yang akan di beri lem agar lebih bisa merekat. Kemudian oleskan lem fox dengan kuas secara merata. Tunggu lem hingga kering.
4)        Kemudian jika sudah tersusun , haluskan bagian atas hak agar sama rata dengan menggunakan mesin buffing
5)        Hak yang sudah rapi kemudian gabungkan dengan out sole menggunakan lem fox. Amplas terlebih dahulu bagian yang akan diolesi lem. Oleskan lem secara merata dengan kuas. Tunggu hingga lem kering.
6)        Jika hak dan out sole telah direkatkan kemudian buffing bagian pinggir dari hak agar bentuknya sama rata dengan bagian pinggir out sole.
7)        Setelah di buffing kemudian hak dan out sole dipaku agar penempelannya lebih kuat.

CIMG3902 CIMG3916 CIMG3994
Gbr32. Pemasangan Hak

H.  Penempelan Pita
a.        Alat dan bahan yang dibutuhkan
1)      Palu
2)      lem fox
3)      out sole
4)      pita


b.        Proses Pengerjaan
1)        Jika hak dan out sole telah siap kemudian langkah selanjutnya tempelkan pita pada out solenya. Kasari terlebih dahulu bagian yang akan digunakan untuk menempel pita.
2)        Oleskan lem pada bagian pinggir out sole kira kira 2-2,5cm , dan oleskan juga lem pada bagian pitanya. Untuk menempel pita ini menggunakan lem fox. Tunggu hingga lem kering
3)        Jika lem sudah kering segera tempelkan pita. Sebelum pita ditempelkan, pada bagian ujung pita dipotong miring terlebih dahulu. Untuk menempelkan pita mulailah dari bagian Innya. Penempelan pita harus rapi, harus bisa sama rata dengan bagian out solenya. Jika seluruh bagian pinggir out sole telah selesai ditempelkan pita , untuk menggabungkan bagian ujung pita yang satunya maka potong miring juga bagian ujung pitanya. Pukul dengan palu agar lebih merekat.
CIMG3890
Gbr33. Penempelan Pita

I.     Pemasangan Out Sole dengan Upper ( Assembling )
a.         Alat dan bahan yang dibutuhkan
1)        Palu
2)        mesin press
3)        lem fox
4)        out sol
5)         upper
b.        Proses Pengerjaan
1)        Pertama marking terlebih dahulu bagian upper dengan out sole nya menggunakan tinta perak. Kemudian buffing bagian uppernya menurut garis marking yang ada pada upper.
2)        Setelah selesai di buffing kemudian oleskan lem pada bagian dalam out sole dan bagian bawah upper. Untuk pengeleman bagian dalam out sole dan bagian bawah upper dilakukan 2 kali pengulangan. Oleskan lem fox secara merata. Tunggu hingga kering. Jika sudah kering lakukan pengeleman lagi.
3)        Jika lem sudah benar-benar kering , kemudian gabungkan atau rekatkan out sole dengan uppernya. Untuk alur perekatannya yaitu dimulai dari bagian ujung belakan dan terakhir bagian tengah.
CIMG3996CIMG4093CIMG4094
Gbr34. Penempelan Upper dengan Out Sole
5)      Jika upper dan out sole telah direkatkan kemudain lakukan pengepresan dengan mesin press. Hal ini dilakukan agar perekatannya lebih kuat.
J.    Pengkilapan Out Sole
a.        Alat dan bahan yang dibutuhkan
1)        Kolis
2)        Lilin
3)        korek api
4)        sepatu.
b.        Proses Pengerjaan
1)        Out sole pertama di panasi dengan korek api. Setelah itu out sole di lilin dengan cara menggosokan lilin pada bagian out sole
2)        Out sole yang telah di lilin di panasi dengan korek api
3)        Selesai di panasi kemudan out sole di gosok dengan kolis agar lilin-lilin tadi hilang dan out sole lebih mengkilap.
   
Gbr35. Pengkilapan Out Sole
K. Pelepasan Acuan
L.  Pemasangan Shok lining
a.        Alat dan bahan yang dibutuhkan
1)        Lem fox
2)        mesin seset
3)        spon ati
4)        vinil
b.        Proses Pengerjaan
Shok lining terdiri dari dua lapis , untuk lapis dalam menggunakan spon ati dan untuk lapis luar menggunakan vinil. Spon ati sebelumnya diseset pada bagian pinggirnya. Spon ati dan vinil direkatkan terlebih dahulu menggunakan lem. Oleskan pada bagian yang akan ditempel secara merata , tunggu hingga kering baru kemudian ditempelkan. Setelah itu shok lining kemudian dipasangkan pada sepatu.
                               
Gbr36. Pemasangan Shok Lining

M.Penempelan Tutup Hak
a.        Alat dan bahan yang dibutuhkan
1)        Palu
2)        Amplas
3)        lem fox
4)        primer
5)        lem pc
6)        tutup hak (karet)
7)        out sole
b.        Proses Pengerjaan
1)        Sebelum tutup hak ditempelkan bagian tutup hak dan bagian hak dikasari terlebih dahulu menggunakan amplas
2)        setelah di amplas tutup hak yang berbahan dasar karet diolesi primer kemudian olesi tutup hak dengan lem pc, tunggu hinnga kering Untuk  bagian hak oleskan lem fox secara merata. Tunggu hingga lem kering.
3)        Tempelkan tutup hak pada hak.
 
Gbr37. Penempelan Tutup Hak
N.    Finishing
Finishing merupakan proses terakhir dalam pembuatan sepatu ini maka aturan finishing yang dapat di lakukan adalah
a.              Membersihkan tinta perak / bekas tanda yang masih terlihat pada upper dengan menggunakan clear pen
b.              Membersihkan sisa-sisa lem yang masih menempel
c.              Merapikan sisa benang yang terdapat pada sepatu













BAB IV

PENUTUP

A.  Kesimpulan

Dari hasil praktek saya dapat menyimpulkan :
1.      Dengan adanya Praktek Teknologi Sepatu saya dapat mengetahui dan mengerti tentang cara atau sistem pembuatan sepatu.
2.      Dengan adanya praktek Teknologi Sepatu sistem pita saya dapat mengembangkan potensi yang saya miliki untuk dapat menghasilkan karya-karya yang bermutu, kreatif dan inovatif dalam proses pembuatan sepatu terutama pembuatan sepatu sistem pita.
3.      Saya memperoleh banyak ilmu yang bermanfaat tentang Teknologi Sepatu, yang nantinya dapat digunakan bersaing di dunia industri.

B.  Saran

1.      Semoga kedepannya dapat lebih di kembangkan terutama pada bentuk desain dan pola.
2.      Semoga kedepannya dapat membuat sepatu system goodyear dengan bahan full kulit seperti para pengerajin yang ada diluar negeri.
3.      Semoga bibit-bibit desainer sepatu banyak yang bermunculan dari lulusan ATK Yogyakarta.







DAFTAR PUSTAKA

Wiryodiningrat Suliestiyah. 2008, Pengetahuan Bahan untuk Pembuatan Sepatu Alas Kaki. Yogyakarta: Citra Media
Basuki Asdono Dwi. 2010, Teknologi Sepatu
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Derby_shoe ( diakses 06 Januari 2015 )
Wikipedia, the free encyclopedia . Brogue Shoe https://en.m.wikipedia.org/wiki/Brogue_shoe ( diakses 06 Januari 2015 )



Postingan terkait:

1 Tanggapan untuk "lanjutan bab 2 proses pembuatan sepatu pita"

  1. maaf,, ka.. kok gambar nya kaga ada ?? padahal yang ta cari gambarnya..
    nuzulia_tppk-f_2015

    BalasHapus