A. Bagian dan Komponen
Sepatu
Dilihat
dari letak dan cara mengerjakannya, maka sepatu dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu
:
1.
Bagian Atas Sepatu (
Shoe Upper )
Bagian
atas adalah bagian sepatu yang yang terletak di sebelah atas, merupakan bagian
sepatu yang melindungi dan menutup sebelah atas dan samping kaki. Bagian atas
sepatu terdiri dari
a.
Vamp
Merupakan komponen yang berfungsi menutupi bagian ujung dan tengah kaki. Variasi potongan pada komponen vamp
dapat berbentuk :
1)
Toe
Cap
Bentuk toe cap pada umumnya adalah
potongan lurus (straight cap ), dapat juga potongan berbentuk sayap (wing cap),
yang member kesan stream lined, bentuk lainnya adalah potongan bentuk permata (
diamond tip) dan potongan berbentuk perisai ( shield tip)
b.
Quarter
Terdiri dari dua bagian kanan dan kiri dari satu komponen sepatu yang
berfungsi menutupi bagian samping dalam dan belakang kaki.
c.
Tongue
(Lidah)
Komponen
bagian atas sepatu yang disambungkan pada lengkung tengah dari sebuah vamp,
atau menjadi satuan utuh dengan vamp. Lidah pada bagian sepatu ini cukup lebar
dan dapat melindungi kaki dari gesekan tali sepatu.
d.
Back
Piece
Merupakan
komponen sepatu bagian belakang atau tumit, adalah komponen yang mempunyai
fungsi untuk memperkuat sambungan antara quarter.
e.
Eye Let
(Mata Ayam)
Komponen
bagian atas sepatu berbentuk pipa pipih, terbuat dari logam yang berfungsi
sebagai tempat untuk memasang tali sepatu.
f.
Hiasan
atau ornamen
Hiasan atau ornamen umumnya
difokuskan pada bagian atas sepatu. Ornament pada bagian atas sepatu tergantung
pada trand mode dan bentuk komponen yang menyusun bagian atas tersebut agar
supaya kelihatan serasi. Penampilan pada bagian atas sepatu akan berhasil baik
apabila mempergayikan hal-hal sebagai berikut :
1)
Pemotongan
bahan bagian atas harus memenuhi syarat kemuluran dan ketegangan.
2)
Lubang-lubang
untuk tempat mata ayam atau cetak embossing.
3)
Pemotongan
pada bagian lengkungan, untuk tempat gesper, dan hiasan-hiasan lain.
4)
Jahitan-jahitan
dan lain-lain.
Bahan-bahan yang
digunakan pada bagian shoe upper menurut Wedyodiningrat (2008) dikelompokkan
menjadi beberapa macam, diantaranya :
a.
Kulit Box
Ada
dua macam istilah yaitu java box dan calf box. Java box berasal dari kulit sapi
mentah dewasa, disamak dengan zat penyamak chrome, rata atau di boarding dan
dicat finish. Calf box berasal dari kulit anak sapi.
b.
Kulit Glace
Kulit
glace adalah kulit samak yang dibuat dari kulit domba atau kambing disamak
dengan zat penyamak chrome dan kemudian dicat finish.
c.
Kulit Suede atau Bludru
Kulit
suede adalah kulit samak yang dibuat dari kulit mentah sapi atau kambing
disamak dengan zat penyamak chrome.
d.
Gold Leather
Adalah
kulit samak yang permukaannya di finish berwarna keemasan dari bahan logam.
e.
Patent Leather
Adalah
kulit samak yang salah satu permukaannya ditutup atau dilapisi dengan selaput
secara sempurna, fleksibel dan tahan air, permukaannya berkilau seperti kaca.
f.
Kulit Reptil
Untuk
bahan bagian atasan sepatu, kulit reptile disamak dengan sat penyamak chrome
ataupun samak kombinasi chrome nabati atau chrome sintetis.
g.
Kulit Lapis
Adalah kulit
samak yang dibuat dari kulit kambing atau domba diproses prnyamakan dengan zat
penyamak nabati atau kombinasi chrome-nabati, dan biasanya alami tidak cacat.
2.
Bagian Bawah Sepatu (
Shoe Bottom )
Bagian
bawah atau bagian pengesolan adalah bagian yang terletak di sebelah bawah.
Bagian ini adalah bagian yang benar-benar mendapat tekanan dari berat tubuh,
oleh karena itu bahan-bahan yang digunakan harus lebih tebal dan kuat. Adapun
macam-macam komponen bagian bawah adalah :
a.
In Sole ( sol dalam )
Sol
dalam adalah sol yang letaknya paling dalam, yang dibatasi oleh pelapis sol
atau kaos kaki. Sol dalam merupakan fondasi sepatu, bentuknya seperti telapak
acuan, tempat untuk melektakan bagian atas sepatu pada waktu proses lasting.
b.
Goodyear in sole
Sol
dalam untuk pembuatan sepatu dengan kontruksi pita goodyear, mempunyai
keistimewaan tertentu,yaitu satu atau dua bibir sol dalam dibuat tegak
melingkar pada bagian sisi luar sol dalam atau dengan cara lain, bahan yang
terpisah berbentuk pita atau welt dipasang pada bagian sisi luar sol dalam.
c.
Middle Sol ( sol tengah
)
Komponen
yang terletak diantara sol dalam dan sol luar. Sol ini merupakan sol perantara,
yang menghubungkan antara sol dalam dengan sol luar.
d.
Out Sole ( sol luar )
Komponen
penutup paling luar bagian bawah sepatu berfungsi sebagai alas sepatu sol luar
dibuat dari bermacam-macam bahan, antara lain : kulit, karet, bahan sintetis
dan sebagainya.
e.
Heel ( hak )
Hak
adalah komponen bagian bawah sepatu yang mempunyai fungsi untuk member sokongan
atau dukungan pada bagian tumit karena tekanan kaki, agar memperoleh posisi
berdiri yang kuat, serasi dan seimbang.
f.
Heel Lifts
Heel
lifts adalah hak yang berbentuk lapisan-lapisan, dibuat dari bahan kulit atau
leather board, disusun satu persatu, dengan tinggi dan bentuk sesuai kebutuhan.
g.
Top Piece
Top
piece adalah komponen paling luar yang menjadi tutup hak , yang berhubungan
langsung dengan lantai atau tanah.
Bahan-bahan yang
digunakan pada bagian shoe bottom adalah :
a.
Kulit Sol
Kulit
sol biasanya dibuat dari kulit sapi kering dan disamak dengan zat penyamak
nabati. Tidak berbeda dengan kulit box, bagian croupon pada kulit sol juga
merupakan bagian yang terbaik, bagian perut merupakan kwalitas yang kedua
sedangkan bagian leher dan kaki merupakan kwalitas ketiga. Sesuai dengan
fungsinya maka untuk sol luar diambil dari bagian croupon sedang untuk sol
dalam dapat diambilkan dai bagian perut. Bagian kaki dan bagian leher dapat
digunakan untuk lapis hak.
Syarat-syarat
phisis kulit sol untuk bagian bawah sepatu
a)
Tebal bagian leher
harus rata.
b)
Bagian croupon rata.
c)
Bagian daging bersih
dari subcutis yaitu sisa-sisa daging yang menempel.
d)
Warna kulit terutama
bagian nerf harus rata, dan kulit terasa licin.
e)
Kulit harus dipress
dengan baik dan padat, tetapi elastis kalau ditekuk atau dilengkungkan.
f)
Bagian nerf tidak boleh
pecah apabila dibengkukkan pada silinder yang diameternya 10x tebal kulit.
g)
Kekuatan tarik minimum
250kg/cm².
b.
Kulit Sol Samak
Kombinasi
Kulit
sol samak kombinasi biasanya digunakan untuk membuat sepatu yang menggunakan
temperature tinggi. Kulit ini disamak kombinasi antara zat penyamak nabati
dengan zat penyamak chrome.
c. Leather
Board
Leather
board adalah bahan sol dalam sepatu yang dibuat dari sisa-sisa kulit, baik
sisa-sisa dari pembuatan sepatu atau sisa-sisa proses shaving pada penyamakan
kulit yang kemudian diolah menjadi lembaran-lembaran (sheet).
B. Pembuatan Sepatu Sistem
Pita
Sepatu
sistem pita merupakan kontruksi yang paling kuno . namun sampai sekarang masih
popular karena mutu sepatunya bagus, baik dan enak dalam pemakaian. Apabila
rusak dapat diperbaiki. Kontruksi ini mempunyai ciri khusus yaitu memakai
pita/welt yang dipasang pada sepanjang pinggir sol dalam kemudian dijahit.
Lasting menggunakan benang.
Pita
atau welt itu sendiri adalah sejenis bahan yang dibuat dari kulit sol samak
nabati atau lainny, panjang dan tipis, diameter 20x3mm. dipasang melingkar pada
sisi luar bagian bawah sepatu, pada sisi dalam dijahitkan dengan bibir sol dalam
dan pada sisi luar dijahitkan dengan sol luar secara jahit kunci( lock stitch
), terkecuali pada bagian hak. Untuk model sepatu yang tahan air .


Gbr1. Kontruksi Sepatu
sistem pita
Adapun
yang terkait dalam pembuatan sepatu sistem pita yaitu :
1. Metode Pembuatan Pola
a.
System Geometri
Pembuatan pola sepatu yang
mengacu pada ukuran kaki dengan mempertimbangkan ukuran
dan sudut- sudut tertentu.
b.
System Copy Of Last
Pembuatan
pola sepatu meniru/ mencontoh / mengopi bentuk acuan
sepatu / cetakan ( last ). Pada prinsipnya
adalah merubah dari bentuk 3 dimensi menjadi bentuk 2 dimensi dan di kembalikan
lagi menjadi bentuk 3 dimensi.
2. Pemolaan Pada Bahan
Kulit
Hal yang sangat perlu dipehatikan
pada saat pemolaan pada bahan kulit adalah arah kemuluran dan ketegangannya.
Arah kemuluran pada satu side kulit adalah bagian punggung ke perut, sedangkan
bagian kemulurannya adalah bagian leher ke ekor. Dengan mengikuti arah
kemuluran dan ketegangan akan memudahkan saat proses lasting.

Gbr2. Arah kemuluran dan ketegangan pada
kulit
3.
Penyesetan
Ada beberapa
sistem pembuatan sepatu yaitu sistem potong pas atau lipatan, pada sistem
lipatan kita harus melakukan perlakuan khusus pada kulit, yaitu penyesetan.
Penyesetan adalah perlakuan pada kulit untuk mengurangi ketebalan kulit pada
bagian daging atau flesh side dengan ketebalan tertentu.ada beberapa bagian
atasan sepatu yang diseset untuk keperluan tertentu.
Tujuan penyesetan adalah:
a)
Untuk membantu
proses pelipatan,
b)
Menghindari
penumpukan atau penebalan sambungan dan lain-lain,
c)
Praktis, karena
jauh lebih mudah dalam proses pengerjaan selanjutnya,
d)
Untuk keindahan dan
kenyamanan pada saat sepatu digunakan,
e)
Untuk memperkuat
melekatkan lem apabila akan dilipat.
Yang perlu
diperhatikan saat melakukan penysetan;
a)
Kulit harus tetap
kompak nerfnya dan tidak berkurang kemulurannya,
b)
Permukaan kulit
jangan sampai rusak atau cacat.
Ada 2 cara penyesetan,
yaitu:
a)
Penyesetan manual
(pisau seset)
Ciri
khas pisau seset ini adalah sisi bagian tajam miring antara 30 sampai 45
derajat dari kepala pisau. Sisi miring yang tajam ini harus lurus karena fungsi
utama untuk sesetan datar dan rata, apabila mata tidak lurus akan relatif sulit
digunakan pada saat penyesetan rata apalagi pada proses mengasah tidak
menggunakan batu asah yang benar-benar datar dan rata. Cara penggunaan pisau
ini didorong sambil ditekan dalam gerakan menggaris. Untuk mendapatkan hasil
sesetan yang rata lebih baik digunakan landasan yang rata, landasan tersebut
bisa berupa kaca yang tebal atau batu pualam yang sudah dipoles (marmer).


Gbr3.Pisau Seset dan cara menyeset kulit
b)
Penyesetan dengan mesin
Proses
pembuatan produk dari bahan kulit asli (sapi, domba, kambing, dll) harus
melewati proses seset terlebih dahulu untuk mendapatkan ketebalan yg cukup
baik. Hasil yang sempurna untuk kerapian produk kulit asli dari proses
penyesetan ini sangatlah berpengaruh, dan keahlian operator seset kulit yang
terlatih dan berpengalaman menjadi indikasi keberhasilan proses seset kulit
ini.

Gbr4. Mesin Seset
4. Pelipatan
Pelipatan
adalah proses merapikan atau melipat bagian tepi komponen kulit atasan sepatu
agar terlihat rapi. Bahan harus sudah melalui proses penyesetan,kemudian masuk
proses pelipatan. Penyesetan kulit yang akan dilipat adalah dua kali lebar
lipatan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam proses pelipatan:
a.
Gunakanlah pola
standart saat proses melipat,
b.
Lemharus diulas
dengan rata,
c.
Pemukulan saat
proses pelipatan harus dengan pukulan ringan,
d.
Pada saat melipat
bagian cekung kulit dipotong miring setengah lebar lipatan,sedangkan saat
melipat bagian cembung dibantu dengan alat yang runcing (misal uncek).
Berikut
merupakan gambar bentuk-bentuk lipatan:
|

|

|

5. Proses Menjahit
Menjahit
adalah membentuk setik-setik pada suatu bahan yang dijahit dengan menggunakan
benang jahit dengan tujuan merakit,memperkuat,dan membuat dekorasi. Pada
dasarnya proses menjahit adalah proses penggabungan dua bagian atau bahan yang
terpisah.Mesin jahit yang biasa digunakan antara
lain:
a)
Flat Bed Sewing Machine
Mesin ini memiliki ciri bidang kerja yang digunakan
datar dan baik digunakan untuk menjahit jahitan lurus.

Gbr8. Flat Bed Sewing Machine
b)
Post Bed Sewing Machine
Ciri khusus mesin jahit ini adalah
memiliki bidang kerja yang tegak sehingga mudah untuk menjahit bagian atasan
yang tertutup dan sempit.

Gbr9. Post Bed Sewing Machine
c)
Cylinder Arm Sewing
Machine
Mempunyai area
kerja yang memanjang ke samping dan berbentuk cylinder seperti tangan. Mesin
ini memiliki kelebihan dapat menjahit bahan yang berbentuk bulat, cekung atau
cembung dan dapat memudahkan saat menjahit bagian yang tersembunyi.

Gbr10. Cylinder
Arm Sewing Machine
d)
Mesin Jahit Zig-zag
Mesin jahit ini memiliki bidang
kerja seperti post bed yang landasan kerjanya datar, namun jahitan yang
dihasilkan berbentuk zig-zag. Biasanya digunakan untuk jahitan sambung dengan
posisi bahan yang akan disambung sejajar, seperti: bagian belakang quarter in
dan out yang akan disatukan ( pada bagian tumit).
6. Proses Lasting
Proses memasang atau
meletakkan shoe upper di atas acuan kemudian menarik ke bawah bagian Lasting
Allowances dari shoe upper tersebut sehingga melekat pada sol dalam dengan cara
di paku, dijahit atau dilem. Pelaksanaan lasting dapat dikerjakan dengan cara
sebagai berikut :
a)
Hand lasting ( Secara
Manual )
Proses lasting ini
dilakukan dengan peralatan tang atau catut dan paku. Proses lasting secara
manual ini dilakukan dengan sejumlah tarikan dengan tang pengopen dengan arah
yang berbeda, sesuai dengan arah kemuluran kulit. Tarikan-tarikan dilakukan
untuk menaikan atau mengangkat bagian depan dan belakang yang memungkinkan shoe
upper akan membentuk sepatu yang enak.
b)
Lasting Machine (
Lasting dengan Mesin )
Ada 3 jenis mesin untuk
lasting yaitu toe lasting machine, side lasting machine, heel seat lasting
machine. Secara umum ke tiga jenis mesin lasting tersebut sistem dan
pengoperasiannya sama, hanya dibedakan pada fungsi kegunaannya.
C. Pengertian Pola Sepatu
Menurut Basuki (1986), Pola
merupakan bentuk dasar untuk proses pembuatan sepatu sebelum proses pemotongan
bahan, pembuatan atasan dan bawahan. Dalam pembutan pola harus juga
memperhatikan ukuran.
D. Pengertian Acuan Sepatu
Menurut Basuki (1986), aturan umum
dalam membuat sepatu adalah mengenai bentuk (shape) dan kesukaan
pakai(fitting), maka untuk membentuk dan membuat sepatu diperlukan cetakan yang
lazim disebut acuan sepatu. Ditinjau dari konstruksinya, acuan dibagi menjadi
tiga bentuk yaitu
1. Acuan Bentuk Utuh (Solid Block Last)
Yaitu acuan yang
terdiri dari suatu bagian utuh saja. Biasanya untuk membuat sepatu sandal atau
sepatu ringanselain sepatu ABRI, misalnya sepatu jenis pump atau pantofel.
2. Acuan Bentuk Sorong (Scoop Block Last With Cut Wedge)
Yaitu acuan yang bagian gemurnya dapat
dipisah atau dilepas sehingga memudahkan melepas acuan dari sepatu.
3. Acuan Bentuk Katup (Hinge Last)
Yaitu acuan yang terdiri dari dua
bagian, dimana kedua bagian tersebut dihubungan dengan engsel atau sendi
sehingga acuan dapat ditekuk dan memudahkan untuk melepas dari sepatu tanpa
menyebabkan kulit menjadi pecah atau rusak pada bagian jahitan belakang.
BAB III
PROSES PEMBUATAN SEPATU
BROGUE MODEL DERBY
SISTEM PITA DENGAN
KULIT SOL SISTEM MANUAL
A. Skema Proses Pembuatan
Sepatu Brogue Model Derby Sistem Pita
![]() |
||||
![]() |
||||
![]() |
![]() |
|||||||||||||||
![]() |
![]() |
||||||||||||||
![]() |
![]() |
||||||||||||||
![]() |
![]() |
||||||||||||||
![]() |
![]() |
||||||||||||||
![]() |
![]() |
||||||||||||||
![]() |
![]() |
||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||
![]() |

![]() |
|||||||||
![]() |
|||||||||
![]() |
|||||||||
![]() |
|||||||||
![]() |
|||||||||
![]() |
|||||||||
![]() |
|||||||||
![]() |
B. Materi Praktek
1.
Alat
a.
Pensil
b.
Penghapus
c.
Penggaris
d.
Cutter
e.
Cutting matt
f.
Gunting
g.
Acuan
h.
Tinta perak
i.
Mesin seset
j.
Mesin jahit
k.
Tang
lasting
l.
Palu
m.
Plong 1 mm dan 3,5 mm
n.
Buffing machine
o.
Clear pen
p.
Korek api
q.
Paku lasting
2.
Bahan
a.
Bahan pembuatan pola
1)
Kertas manila
2)
Paper tape
b.
Bahan pokok
1)
Kulit
2)
Lining
3)
Filler
4)
Pita
c.
Bahan Pembantu
1)
Benang nylon warna
hitam
2)
Uncek
3)
Pengeras
4)
Lem latex, lem Fox, herin,primer,
lem pc
C. Metode Praktek
Metode praktek meliputi :
1.
Persiapan
a.
Pembuatan desain
b.
Menentukan acuan
2.
Proses Pembuatan Pola
a.
Pembalutan acuan
b.
Pembuatan meanform
c.
Pola dasar
d.
Pola jadi
e.
Pola lining
f.
Pola pengeras
g.
Pola bottom
3.
Proses Pembuatan Atasan
Sepatu (Upper Process)
a.
Pemolaan pada bahan
untuk komponen upper
b.
Pemotongan komponen
upper
c.
Penyesetan
d.
Pelipatan
e.
Perakitan komponen
upper
4.
Proses Pembuatan
Bawahan Sepatu (Bottom Process)
a.
Pemolaan dan pemotongan
insole
b.
Pemasangan insole
c.
Pemolaan dan pemotongan
shock linning
d.
5.
Lasting
a.
Persiapan lasting
b.
Proses lasting
6.
Pemasangan Out Sol
a.
Persiapan pemasangan
pita
b.
Pemasangan hak lapis
c.
Memasang outsole dengan
upper
7.
Finishing
D. Pembuatan Bagian Upper
1.
Pembuatan
Desain
Pada pembuatan suatu
karya, hal pertama yang harus dikerjakan yaitu pembuatan desain. Dalam praktek
kali ini mahasiswa dibebaskan untuk mencari desain sepatu yang dalam
pembuatannya menggunakan sistem lem. Dan pada akhirnya desain sepatu yang
digunakan adalah jenis sepatu brogue dengan model derby.

Gbr11. Desain awal derby
2.
Menentukan
acuan
Acuan yang digunakan
dalam praktek kali ini yaitu acuan utuh dengan ujung kotak, acuan resmi dan
long dengan no 39 dan terbuat dari bahan
plastik.
3.
Pembuatan
Pola Atasan Sepatu
Pada praktek kali ini
metode pembuatan pola yang dipilih yaitu metode copy of last,
tahapan-tahapannya yaitu :
a.
Alat
dan bahan yang dibutuhkan:
1)
Acuan
2)
Cutter
3)
Penggaris
4)
Pensil
5)
pita ukur
6)
cutting mat
7)
kertas manila.
b.
Proses
Pengerjaan
1)
Pembalutan
acuan
Acuan
di balut dengan menggunakan papertape secara merata dari mulai ujung acuan
hingga bagian belakang acuan secara menyeluruh, pembalutan di lakukan dengan
cara melintang dan posisi papertape harus saling menumpang satu dengan yang
lainnya. Hal ini dilakukan agar papertep menempel dengan kuat. Lakukan kembali
pembalutan pada bagian alas acuan dengan posisi saling manumpang.

Gbr12. Balutan
acuan
2) Pembuatan meanform
Acuan
yang telah dibalut kemudian di beri tanda titik C pada bagian tengah belakang
acuan, titik Q dan titik V (vamp point ) pada bagian tengah depan acuan dengan
menggunakan pita ukur, cara menghitung titik C, Q dan V yaitu :
S= 1/5 x SL
Q=
12mm dari titik C
V=
7/10 x SL
Setelah menentukan
titik-titik penting tersebut kemudian gambarkan desain sepatu pada balutan
acuan. Setelah gambar desain sepatu jadi kemudian potong papertape tersebut.
Potonglah mulai dari ujung acuan dan potong pas pada bagian garis tengah yang
terdapat pada balutan acuan. Setelah pemotongan selesai kemudian papertape
dilepas dari acuan. Tarik pelan-pelan mulai dari bagian ujung acuan, kemudian
tempelkan pada kertas manila dengan baik dan rapi dibantu dengan penggaris
besi, agar tidak berkerut. Potong balutan acuan yang telah ditempel menggunakan
cutter. Sehingga jadilah meanform
3) Pembuatan Pola dasar
Meanform
yang sudah jadi dan sudah terdapat gambar desain sepatu kemudian dislot sesuai
dengan bentuk dan garis dari desain sepatu tersebut. Selanjutnya dicopykan pada
kertas malga sesuai dengan bentuk dan desain sebagai bentuk komponen-komponen
pada bagian upper sepatu dan diberi tambahan untuk lasting allowances sekitar
15-18mm.
Selesai
dicopykan kemudian gambar desain yang terdapat pada kertas malga dislot
dengan rapi.hal ini digunakan sebagai
pola dasar untuk membuat pola selanjutnya.

Gbr13. Pola Dasar
4) Pembuatan pola potong
Pola dasar di pecah menurut
komponen dan potongannya dengan mengacu pada tanda jahitan menjadi pola jadi.
Pada pecah pola di beri kelebihan 10 mm untuk tumpangan dan petunjuk kelebihan
5 mm untuk lipatan. Dan pada bagian yang akan di gunting gerigi diberi lebihan
3 mm. pada pola potong buatlah hiasan dengan menggunakan plong yang berdiameter
1 mm dan 3,5 mm.

Gbr14. Pola Potong

Gbr15. Pola Lining
4.
Pemolaan
dan Pemotongan Bahan
Langkah selanjutnya
setelah membuat pola adalah pemolaan dan pemotongan bahan.
a.
Alat
dan bahan yang dibutuhkan
1)
Pola potong
2)
tinta perak
3)
pisau cutter
4)
gunting, kulit
5)
dan cutting mat
b.
Proses
pengerjaan
Pola potong di copykan ke kulit dengan menggunakan tinta perak
dengan memperhatikan ketentuan ketegangan dan kemuluran kulit. Peletakkan pola
harus saling menutup dan mengisi. Setelah pola potong dicopykan ke kulit
kemudian potonglah kulit sesuai dengan pola menggunakan pisau cutter atau
gunting.
5.
Penyesetan
( skiving)
Kulit yang sudah dipotong kemudian
diseset untuk dikurangi ketebalannya pada bagian tepi kulit dengan menggunakan
mesin seset. Bagian kulit yang nantinya akan di lipat atau di tumpangi diseset
pada bagian flesh side.
a.
Alat
dan Bahan yang digunakan
1)
Kulit
2)
mesin seset
b.
Proses
Pengerjaan
Dalam proses penyesetan ini yang
perlu diperhatikan adalah :
1)
Mesin
seset dihidupkan terlebih dahulu
2)
Mesin diatur dan dicoba terlebih dahulu dengan kulit yang tidak terpakai,
hal ini untuk memastikan apakah mesin sudah
dalam keadaan baik
3)
Letakkan kulit pada mesin seset
4)
Tekan pedal pada
mesin seset
5)
Atur jalannya kulit
pada mesin
6)
Permukaan kulit harus
tetap sempurna (tidak cacat/ rusak) setelah proses penyesetan
7)
Kulit
harus tetap kompak dan tidak berkurang kemulurannya setelah penyesetan
8)
Hasil sesetan rata

Gbr16. Penyesetan Kulit
6.
Pelipatan
(folding )
Kulit yang telah diseset kemudian
di olesi dengan lem latex pada bagian yang telah diseset dan dilipat pada
bagian folded edge ( tepi untuk lipatan ).
a.
Alat
dan bahan yang digunakan
1)
Kulit yang sudah
diseset
2)
Palu
3)
Uncek
4)
pola jadi
5)
lem latex,
b.
Proses
Pengerjaan
Oleskan lem dengan merata. Pola di
tempelkan pada sisi luar kulit ( grain side ) dengan menggunakan lem latek.
Penempelan pola ini dilakukan agar hasil lipatan baik dan sesuai dengan pola.
Yang perlu di perhatikan dalam proses pelipatan adalah saat melipat bentuk
lengkung harus sempurna, pada bagian cembung dapat dibantu dengan menggunakan
uncek atau benda yang runcing untuk membuat lipatan-lipatan kecil dan untuk
bagian cekung harus di gunting terlebih dahulu (tidak lebih dari ½ lebar
lipatan) untuk mempermudah saat proses pelipatan. Setelah proses pelipatan
selesai maka lipatan di pukul-pukul dengan palu agar lipatan cepat menempel.

Gbr17.
Pelipatan
7.
Pemberian
hiasan / ornament
Setelah kulit selesai
dilipat lakukan pemberian hiasan pada komponen.
a.
Alat
dan bahan yang dibutuhkan
1)
Plong 1.0mm dan 3.5mm
2)
gunting gerigi
3)
pandokan
4)
palu
5)
kulit yang sudah
dilipat.
b.
Proses
Pengerjaan
Copy pola potong pada kulit
kemudian gunting bagian pinggir kulit dengan menggunakan gunting gerigi dan lubangi
dengan menggunakan plong yang berdiameter 1 mm dan 3,5 mm.


Gbr18. Pemberian hiasan
8.
Perakitan
bagian upper
Selesai proses pemberian hiasan kemudian
lakukakn proses perakitan bagian upper
a.
Alat
dan bahan yang dibutuhkan
1)
Komponen upper
2)
lem fox
3)
mesin jahit cylinder
arm
4)
tinta perak
5)
gunting.
b.
Proses
Pengerjaan
Rakit komponen sesuai pola dengan
menggunakan lem latex. Untuk perakitan bagian upper , untuk komponen quarter
ditempelkan dengan back counter. Dan bagian toe cap , half vamp dan tonge
ditempelkan menjadi satu.
Untuk perakitan lining pola lining yang
sudah dibuat kemudian dicopykan pada bahan, kemudian potong bahan tersebut dan
rakitlah menggunakan lem latex. Untuk perakitan bagian counter menumpang diatas
quarter. Kemudian jahitlah pada bagian counter. Untuk bagian lining vamp cukup
dirakit dengan quarter menumpang diatas vamp menggunakan lem.


Gbr20. Perakitan Lining
Untuk proses
penjahitan yaitu :
1)
Pertama jahitlah bagian
back counter yang menumpang diatas quarter, jarak jahitan dari tepi 1-2mm.


Gbr21. Penjahitan Back
Counter
2)
Jahit bagian belakang
back counter 2 mm dari tepi dengan jahit zigzag, kemudian setelah dijahit ,
pada bagian jahitan tersebut di tutup dengan kulit kecil,kemudian pukul dengan
palu untuk membentuk bagian belekang



Gbr22. Penjahitan Bagian Belakang Back Counter
3)
Kemudian jahit bagian
toecap dengan jarak 1-2mm dari tepi

4)
Setelah toe cap dijahit
kemudian pasang tongue. Jika tongue sudah terpasang , pasanglah lining tonge
dan lining vampnya. Setelah dijahit.
5)
Setelah itu, rakit
upper bagian quarter dengan liningnya , sesuai dengan batas tanda.Langkah selanjutnya
rakit bagian toe cap dengan bagian quarter dengan menggunakan lem fox.
6)
Upper yang sudah jadi ,
kemudian dijahit keliling pada bagian top linenya, dan dijahit kunci dengan
jahit kunci ciri khas sepatu derby. Pada saat menjahit kunci, bagian lining
tidak boleh ikut terjahit. Kemudian setelah semua terjahit trimming bagian
lining menggunakan gunting. Trimminglah dengan rapi.
7)
Jika upper sudah
terpasang lining, kemudian membuat facing stay. Sebelumnya pasang pengeras
terlebih dahulu dengan lem fox. Kemudian polakan pola pada bagian quarternya.
Setelah itu lubangi facing stay menggunakan plong.
9.
Penyelesaian
(finishing)
Setelah proses penjahitan selesai.
Pasang tali raffia untuk persiapan lasting. Setelah itu rapikan sisa-sisa
benang yang ada.
Prosesnya
meliputi:
1.
Pembersihan sisa-sisa
lem
2.
Pembersihan sisa-sisa
benang
3.
Menggunting bagian tepi
kain lapis bagian ujung dan belakang serta bagian yang tidak rapi
E. Pemasangan Upper dengan
Insole ( LASTING )
1.
Pemasangan
in sole dengan acuan
a.
Alat
dan bahan yang dibutuhkan
1)
Acuan
2)
pola in sole
3)
palu
4)
paku
5)
kulit sole.
b.
Proses
Pengerjaan
1)
Polakan pola in sole
pada kulit sol. Kemudian potong kulit menggunakan cutter
2)
Selanjutnya pasangkan
in sole pada telapak acuan dengan menggunakan paku. Pakulah pada tiga bagian
yaitu ujung, tengah, dan belakang telapak acuan. Rapikan in sole pada bagian
tepi agar ukurannya pas dengan telapak acuan.
2.
Pemasangan
Pengeras
a.
Alat
dan bahan yang dibutuhkan
1)
Gunting
2)
Pensil
3)
pola pengeras
4)
pengeras
5)
lem fox
6)
mesin seset
b.
Proses
Pengerjaan
Memasang
pengeras depan (toe puff) dan pengeras belakang (stiffener). Bahan pengeras
yang sudah dipola dan di potong kemudian
diseset bagian tepinya agar bentuk pengeras tidak membentuk bekas pengeras
setelah proses lasting.


Gbr23. Pemotongan dan Penyesetan pengeras
Setelah pengeras diseset kemudian
pasang pengeras depan menempel dengan bagian vamp dan bagian lining vamp dan
bagian belakang menempel pada bagian back counter dan lapis backcounter.
Sebelumnya olesi pengeras dengan herin. Kemudian olesi bagian vamp, pengeras
dan lining vamp dengan lem fox, begitu juga dengan bagian back counter,
pengeras, dan lining back counter.

Gbr24. Penempelan pengeras
3.
Proses
Lasting, Pemasangan Filler dan Tamsin
a.
Alat
dan bahn yang dibutuhkan
1)
Komponen upper
2)
Acuan
3)
in sole
4)
filler
5)
tamsin
6)
lem fox
7)
paku
8)
palu
9)
tang lasting.
b.
Proses
Pengerjaan
1)
Setelah pengeras
dipasang kemudian rekatkan dan ulas kembali dengan lem fox. Lakukan juga
pengeleman pada bagian lasting allowance. Siap untuk proses lasting. Daerah
lining lasting juga diolesi dengan lem secara merata.

Gbr25.
Pemasangan Pengeras
2)
Insole yang sudah
dipasang pada telapak acuan kemudian diolesi dengan lem fox secara merata 2-2,5
cm dari tepi insole. Tunggu lem hingga kering

Gbr26. Pemberian
lem pada in sole
3)
Setelah itu lakukan
proses lasting, proses lasting dilakukan dengan tang lasting. Bagian yang
diutamakn pada saat melasting adalah bagian ujung, kemudian lakukan pada bagian
belakan dan baru bagian pinggir. Untuk bagian ujung diberi paku lasting agar
lebih kuat.


Gbr27.
Proses lasting

Gbr28.
Hasil Lasting
4)
Pasangkan tamsin.
Tamsin yang akan ditempelkan pada in sole terlebih dahulu dipaskan dengan
bagian in sole untuk pemasangan tamsin. Jika sudah pas kemudian tempelkan
tamsin dengan menggunakan lem fox. Ulaskan lem pada bagian tamsin dan pada
bagian in sole yang akan dipasangi tamsin. Tunggu lem kering , setelah itu
tempelkan tamsin dan puukuli tamsin dengan palu agar merekat lebih kuat.


Gbr29. Penempelan Tamsin
5)
Jika
tamsin sudah terpasang kemudian tempelkan filler. Oleskan lem pada bagian
seluruh in sole dan filler dengan lem fox. Tunggu kering , kemudian lekas
tempelkan filler. Kemudian selesai filler dipasang, bagian allowances upper
dibuffing.


Gbr30. Pemasangan Filler

F. Pembuatan Out Sole
a.
Alat
dan bahan yang dibutuhkan
1)
Pisau cutter
2)
Gunting
3)
Pensil
4)
pola out sole
5)
cutting mat
6)
acuan
7)
mesin buffing
b.
Proses
Pengerjaan
Bahan yang digunakan
untuk membuat out sole adalah kulit sol, untuk membuat out sole gunakan pola in
sole yang sudah diberi kelebihan 5,5mm.Setelah itu polakan pola pada kulit
kemudian potonglah kulit. Kemudian kulit terlebih dahulu di paskan dengan
telapak acuannya. Haluskan bagian tepi kulit dengan mesin buffing.
G. Pembuatan Hak dan
Penggabungan Hak dengan Out Sole
a.
Alat
dan bahan yang dibutuhkan
1)
Pisau cutter
2)
Gunting
3)
Pensil
4)
Palu
5)
Paku
6)
lem fox
7)
mesin buffing
8)
out sole
9)
pola hak,
b.
Proses
Pengerjaan
1)
Kontruksi hak terdiri
dari 5 lapis, 4 kulit nabati dan 1 tutup hak dari bahan karet
2)
Untuk membuat hak ,
pertama polakan pola hak pada kulit. Selanjutnya potong kulit yang telah
dipolakan, saat memotong jangan memotong di pas garis pola akan tetapi potong
pada bagian luar garisnya.
3)
Kulit disusun dan
direkatkan dengan lem, namun terlebih dahulu amplas bagian yang akan di beri
lem agar lebih bisa merekat. Kemudian oleskan lem fox dengan kuas secara
merata. Tunggu lem hingga kering.
4)
Kemudian jika sudah
tersusun , haluskan bagian atas hak agar sama rata dengan menggunakan mesin
buffing
5)
Hak yang sudah rapi kemudian
gabungkan dengan out sole menggunakan lem fox. Amplas terlebih dahulu bagian
yang akan diolesi lem. Oleskan lem secara merata dengan kuas. Tunggu hingga lem
kering.
6)
Jika hak dan out sole
telah direkatkan kemudian buffing bagian pinggir dari hak agar bentuknya sama
rata dengan bagian pinggir out sole.
7)
Setelah di buffing
kemudian hak dan out sole dipaku agar penempelannya lebih kuat.






Gbr32. Pemasangan Hak
H. Penempelan Pita
a.
Alat
dan bahan yang dibutuhkan
1)
Palu
2)
lem fox
3)
out sole
4)
pita
b.
Proses
Pengerjaan
1)
Jika hak dan out sole
telah siap kemudian langkah selanjutnya tempelkan pita pada out solenya. Kasari
terlebih dahulu bagian yang akan digunakan untuk menempel pita.
2)
Oleskan lem pada bagian
pinggir out sole kira kira 2-2,5cm , dan oleskan juga lem pada bagian pitanya.
Untuk menempel pita ini menggunakan lem fox. Tunggu hingga lem kering
3)
Jika lem sudah kering
segera tempelkan pita. Sebelum pita ditempelkan, pada bagian ujung pita
dipotong miring terlebih dahulu. Untuk menempelkan pita mulailah dari bagian
Innya. Penempelan pita harus rapi, harus bisa sama rata dengan bagian out
solenya. Jika seluruh bagian pinggir out sole telah selesai ditempelkan pita ,
untuk menggabungkan bagian ujung pita yang satunya maka potong miring juga
bagian ujung pitanya. Pukul dengan palu agar lebih merekat.



Gbr33. Penempelan Pita
I. Pemasangan Out Sole
dengan Upper ( Assembling )
a.
Alat
dan bahan yang dibutuhkan
1)
Palu
2)
mesin press
3)
lem fox
4)
out sol
5)
upper
b.
Proses
Pengerjaan
1)
Pertama marking
terlebih dahulu bagian upper dengan out sole nya menggunakan tinta perak. Kemudian
buffing bagian uppernya menurut garis marking yang ada pada upper.
2)
Setelah selesai di
buffing kemudian oleskan lem pada bagian dalam out sole dan bagian bawah upper.
Untuk pengeleman bagian dalam out sole dan bagian bawah upper dilakukan 2 kali
pengulangan. Oleskan lem fox secara merata. Tunggu hingga kering. Jika sudah
kering lakukan pengeleman lagi.
3)
Jika lem sudah
benar-benar kering , kemudian gabungkan atau rekatkan out sole dengan uppernya.
Untuk alur perekatannya yaitu dimulai dari bagian ujung belakan dan terakhir
bagian tengah.



Gbr34. Penempelan Upper
dengan Out Sole
5)
Jika upper dan out sole
telah direkatkan kemudain lakukan pengepresan dengan mesin press. Hal ini
dilakukan agar perekatannya lebih kuat.
J. Pengkilapan Out Sole
a.
Alat
dan bahan yang dibutuhkan
1)
Kolis
2)
Lilin
3)
korek api
4)
sepatu.
b.
Proses
Pengerjaan
1)
Out sole pertama di
panasi dengan korek api. Setelah itu out sole di lilin dengan cara menggosokan
lilin pada bagian out sole
2)
Out sole yang telah di
lilin di panasi dengan korek api
3)
Selesai di panasi kemudan
out sole di gosok dengan kolis agar lilin-lilin tadi hilang dan out sole lebih
mengkilap.




Gbr35. Pengkilapan Out Sole
K. Pelepasan Acuan
L. Pemasangan Shok lining
a.
Alat
dan bahan yang dibutuhkan
1)
Lem fox
2)
mesin seset
3)
spon ati
4)
vinil
b.
Proses
Pengerjaan
Shok lining terdiri
dari dua lapis , untuk lapis dalam menggunakan spon ati dan untuk lapis luar
menggunakan vinil. Spon ati sebelumnya diseset pada bagian pinggirnya. Spon ati
dan vinil direkatkan terlebih dahulu menggunakan lem. Oleskan pada bagian yang
akan ditempel secara merata , tunggu hingga kering baru kemudian ditempelkan.
Setelah itu shok lining kemudian dipasangkan pada sepatu.



Gbr36. Pemasangan
Shok Lining
M.Penempelan
Tutup Hak
a.
Alat
dan bahan yang dibutuhkan
1)
Palu
2)
Amplas
3)
lem fox
4)
primer
5)
lem pc
6)
tutup hak (karet)
7)
out sole
b.
Proses
Pengerjaan
1)
Sebelum tutup hak
ditempelkan bagian tutup hak dan bagian hak dikasari terlebih dahulu
menggunakan amplas
2)
setelah di amplas tutup
hak yang berbahan dasar karet diolesi primer kemudian olesi tutup hak dengan
lem pc, tunggu hinnga kering Untuk bagian hak oleskan lem fox secara merata.
Tunggu hingga lem kering.
3)
Tempelkan tutup hak
pada hak.



Gbr37. Penempelan Tutup
Hak
N. Finishing
Finishing merupakan
proses terakhir dalam pembuatan sepatu ini maka aturan finishing yang dapat di
lakukan adalah
a.
Membersihkan tinta
perak / bekas tanda yang masih terlihat pada upper dengan menggunakan clear pen
b.
Membersihkan sisa-sisa
lem yang masih menempel
c.
Merapikan sisa benang
yang terdapat pada sepatu
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil praktek saya dapat menyimpulkan :
1.
Dengan
adanya Praktek Teknologi Sepatu saya dapat mengetahui dan mengerti tentang cara
atau sistem pembuatan sepatu.
2.
Dengan
adanya praktek Teknologi Sepatu sistem pita saya dapat mengembangkan potensi
yang saya miliki untuk dapat menghasilkan karya-karya yang bermutu, kreatif dan
inovatif dalam proses pembuatan sepatu terutama pembuatan sepatu sistem pita.
3.
Saya
memperoleh banyak ilmu yang bermanfaat tentang Teknologi Sepatu, yang nantinya
dapat digunakan bersaing di dunia industri.
B. Saran
1.
Semoga
kedepannya dapat lebih di kembangkan terutama pada bentuk desain dan pola.
2.
Semoga kedepannya dapat
membuat sepatu system goodyear dengan bahan full kulit seperti para pengerajin
yang ada diluar negeri.
3.
Semoga
bibit-bibit desainer sepatu banyak yang bermunculan dari lulusan ATK
Yogyakarta.
DAFTAR
PUSTAKA
Wiryodiningrat
Suliestiyah. 2008, Pengetahuan Bahan
untuk Pembuatan Sepatu Alas Kaki. Yogyakarta: Citra Media
Basuki
Asdono Dwi. 2010, Teknologi Sepatu
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Derby_shoe
( diakses 06 Januari 2015 )
Wikipedia,
the free encyclopedia . Brogue Shoe https://en.m.wikipedia.org/wiki/Brogue_shoe (
diakses 06 Januari 2015 )
http://www.coatsindustrial.com/id/images/Diagram%20Goodyear%20Welted_tcm80-1532.jpg (
diakses 07 Januari 2015 )
http://jbptunikompp-gdl-mochamadma-31601-9-unikom_m-i (
diakses 07 Januari 2015 )
maaf,, ka.. kok gambar nya kaga ada ?? padahal yang ta cari gambarnya..
BalasHapusnuzulia_tppk-f_2015